ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Selasa, 25 Januari 2011

ABBA 19

1.       Apakah Ezra membangun Bait Tuhan, sedang Nehemia membangun tembok luar Yerusalem? Mohon tanya kronologis atau tahun-tahun Ezra dan Nehemia.
Jawab:
Orang Israel pulang dari pembuangan sekitar tahun 538-537 SM secara bertahap hingga benar-benar kembali sekitar tahun 458 SM. Pembangunan Bait Allah sendiri terjadi tidak lama sesudah kepulangan gelombang pertama tersebut. Kitab Ezra mencatat bahwa mereka mulai membangun Bait Suci, yakni meletakkan dasarnya, di tahun yang kedua setelah mereka kembali ke Yerusalem, dan yang memimpin pembangunan ini ialah Zerubabel bin Sealtiel (Ez. 3:8-13). Berarti kemungkinan mereka mulai membangun sekitar tahun 536-535 SM. Menurut catatan dalam Kitab Hagai, pembangunan ini sempat terhenti beberapa tahun sebelum kemudian dilanjutkan lagi.
Pembangunan ini selesai pada tahun keenam pemerintahan Darius. Darius mulai memerintah sekitar tahun 522 SM, berarti pembangunan ini selesai sekitar tahun 516 SM. Ezra sendiri sepertinya baru pulang pada gelombang terkahir yakni sekitar tahun 458 SM. Nantinya, Ezra lebih banyak melakukan reformasi agama dan membantu bangsa Yehuda menemukan kembali bentuk keagamaannya.
Sedangkan Nehemia, hidup sezaman dengan Ezra. Ia diutus ke Yerusalem untuk mengorganisir pembangunan kembali tembok Yerusalem pada tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta. Artahsasta mulai memerintah sekitar tahun 465 SM, berarti Nehemia pulang ke Yerusalem untuk membangun tembok Yerusalem sekitar tahun 445 SM.

2.       Mengapa Ratu Wasti menolak datang waktu Raja Ahasyweros memanggilnya? Dari kerajaan mana Ahasyweros tersebut?
Jawab:
Teks Alkitab tidak menceritakan dengan jelas alasan Wasti menolak panggilan Raja Ahasyweros. Alkitab hanya menceritakan bahwa penolakannya tersebut merupakan wujud pemberontakannya terhadap Raja, karena dengan demikian ia telah mempermalukan Raja Ahasyweros di depan para pejabar dan masyarakatnya (Est. 1:16-20).

3.       Ada teman tanya, jadi saya teruskan ke ABBA:
Menurut 2Raj. 8:26, Raja Ahazia berumur 22 tahun waktu ia diangkat menjadi raja, sedangkan menurut 2Taw. 22:2, ia berumur 42 tahun waktu ia diangkat menjadi raja. Lalu mana yang benar dan kira-kira dimana letak kesalahannya?
Jawab:
Penyalin Tawarikh melakukan kesalahan penyalinan dalam bahasa Ibraninya. Bacaan dua puluh dua lebih bisa diterima karena dukungan dari Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani), yang juga membaca 2Taw. 22:2 “dua puluh dua.” Lagipula, Yoram, ayah Ahazia, meninggal pada usia empat puluh tahun (ia menjadi raja pada usia tiga puluh dua tahun dan memerintah selama delapan tahun), sehingga tidak mungkin ia memiliki anak yang berusia lebih tua darinya. Akan lebih masuk akal bila Ahazia lahir pada saat Yoram berusia delapan belas tahun. Mungkinkah Yoram bisa memiliki anak pada usia delapan belas tahun? Memiliki anak pada usia muda, pada saat itu, bukan hal yang aneh, mengingat kebiasaan menikah pada usia muda yang sering terjadi pada raja-raja zaman itu.

4.       Mengapa Ayub dikategorikan dalam Kitab Puisi?
Jawab:
Ayub dikategorikan sebagai Kitab Puisi karena bentuk sastranya yang menunjukkan banyak ciri-ciri puisi Timur Dekat Kuno, misalnya adanya paralelisme dalam kitab ini.  

5.       Siapa yang dimaksud anak-anak Allah dalam Ayub 2:1?
Jawab:
Istilah “anak-anak Allah” di sini merujuk pada salah satu makhluk surgawi, sebab mereka bisa melakukan percakapan dalam dunia surgawi, yang kemungkinan besar merujuk pada malaikat. Istilah “anak” di sini harus dipahami sebagai relasi asal, yakni bahwa malaikat-malaikat tersebut berasal dari Allah yang menciptakan mereka.

6.       Bagaimana dengan istri Ayub? Apakah akhirnya ia kembali pada Ayub?
Jawab:
Alkitab juga tidak memberikan catatan yang jelas mengenai istri Ayub, apakah ia kembali kepada Ayub atau tidak. Alkitab hanya menampilkan dia sebagai tokoh latar negatif, yakni tokoh yang muncul sekilas dengan peran yang negatif, namun tidak berperan terlalu banyak dalam kisah. Alkitab memang mencatat bahwa nantinya Ayub memiliki anak-anak lagi, namun tidak jelas apakah anak-anak tersebut berasal dari istri yang baru atau tidak.

7.       Apa pengertian Mazmur Ziarah? Mengapa tidak masuk dalam jenis mazmur?
Jawab:
Mazmur Ziarah ialah mazmur yang dinyanyikan selama perjalanan ziarah orang Israel dari tempat tinggalnya ke Bait Allah di Yerusalem. Mazmur-mazmur ini biasanya merupakan mazmur yang dibuat pada maza setelah pembuangan. Pada masa itu, orang-orang Yehuda tinggal agak berpencar dan jauh dari Yerusalem. Nah, orang Yehuda sendiri mempunyai tradisi, sesuai perintah Tuhan, untuk pergi ke Bait Allah di Yerusalem, setidaknya setahun sekali. Mazmur ziarah biasanya dinyanyikan orang-orang Yehuda ketika mereka dalam perjalanan menuju ke Yerusalem dalam rangka melaksanakan perintah Tuhan tersebut. Mazmur-mazmur ziarah ini seolah menjadi pujian yang memeprsiapkan diri mereka untuk beribadah kepada Tuhan. Mazmur ziarah biasanya tidak digolongkan sebagai sebuah jenis mazmur karena mazmur ini lebih menerangkan tentang penggunaan suatu mazmur bukan jenis atau gaya sastra suatu mazmur.

8.       Apa dalam Kekristenan ada kepercayaan setelah mati kita mengalami “siksa kubur”?
Jawab:
Keyakinan tersebut ialah keyakinan “agama sepupu” kita. mereka meyakini bahwa setelah mati, bagi orang-orang yang jahat, akan mengalami siksaan dalam kubur itu sampai nanti kiamat mereka akan mengalami siksaan terbesar dalam neraka. Sedangkan, Teologi Kristen tidak memiliki konsep seperti demikian. Para sarjana Kristen setidaknya memiliki tiga konsep besar tentang kehidupan setelah kematian. Pertama, ada yang meyakini bahwa setelah mati semua orang, entah dia baik atau jahat, akan pergi ke tempat penantian sampai nanti Tuhan menghakimi semua orang. Mereka meyakini ungkapan “firdaus” dalam Luk. 23:43 merujuk kepada sebuah tempat penantian. Kedua, ada juga yang meyakini bahwa setelah mati jiwa kita akan tertidur atau ada dalam keadaan tidak sadar sampai nanti Tuhan datang kedua kali. Sedangkan pandangan ketiga, meyakini bahwa setelah mati kita langsung menuju surga atau neraka. Surga bagi orang-orang yang terpilih, dan neraka bagi orang-orang yang dibiarkan binasa.
Pandangan ketiga merupakan pandangan yang umum diyakini kaum reformed. Pandangan pertama tidak kita yakini sebab istilah Firdaus lebih masuk akal merujuk pada surga. Bila Firdaus dianggap hanya sebagai tempat penantian, seperti yang diyakini pandangan kedua, maka tidak ada sesuatu yang istimewa dari pernyataan Tuhan Yesus, tidak ada nuansa keselamatan di dalam ucapan Tuhan. Toh semua orang setelah mati otomatis akan pergi ke sana, termasuk penjahat tersebut. Padahal, melalui perkataannya, Tuhan ingin menjamin keselamatan dari penjahat tersebut. Sehingga akan lebih tepat bila kata Firdaus tersebut dipahami sebagai surga.
Pandangan kedua juga tidak kita terima karena istilah tidur dalam Alkitab merupakan ungkapan eufimistis (memperhalus) tentang kematian. Kematian digambarkan sebagai tidur sebab sama seperti orang yang tertidur, mereka tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Pandangan ketiga merupakan pandangan yang masuk akal sebab banyak nas Alkitab yang mendukungnya. Misalnya, dalam perumpamaan Lazarus dan orang Kaya dalam Luk. 16:19-30, keduanya digambarkan berada di neraka dan surga.
Paulus dalam 2Kor. 5:1 mengatakan bahwa “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.” Ayat ini menunjukkan bahwa ketika kemah kediaman kita di bumi dibongkar (=mati) maka kita memiliki kemah kediaman dari Allah, yang kekal dan tidak dibuat oleh tangan manusia. Kata “memiliki” dalam bahasa aslinya bermakna bahwa saat ini pun kita sudah memiliki kemah tersebut. Sehingga ide ayat ini ialah, bahwa ketika kita mati, maka kita akan segera beralih pada kemah kediaman yang Allah sudah sediakan dan yang sudah kita miliki itu. Ini berarti orang percaya yang meninggal akan langsung ke surga sebab saat ini pun ia telah memiliki surga itu. Demikianpun orang yang tidak percaya yang meninggal akan langsung ke neraka, sebab ia juga, pada dasarnya, telah menjadi penghuni neraka tersebut.

2 komentar:

  1. Shalom,...nice info, thanks for sharing

    BalasHapus
  2. You're welcome :) Selamat membaca, semoga bisa menjadi berkat. GBU :)

    BalasHapus