ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Rabu, 03 November 2010

Tanya Jawab Pemuda

1.       Kenapa orang di luar kristen orang tetap bisa mendapatkan kedamaian spiritualitas dan hati? Kenapa sukacita tidak hanya di dalam Kristus?
Jawab:
Menurut perspektif Alkitab, kedamaian yang sejati hanya bisa didapatkan di dalam Tuhan (Mzm. 62:2). Damai ini sifatnya tidak terkondisi, dalam artian tidak dipengaruhi oleh situasi kita, sebab damai ini berasal dari janji penyertaan dan keselamatan Allah (bandingkan Hab. 3:16-19). Kedamaian ini hanya akan pudar ketika kita menjauh dari Sumbernya melalui dosa. Ini berbeda dengan kesenangan yang bisa dialami karena apapun, namun segera sirna ketika pembuat kesenangan atau situasi yang menyenangkan itu tidak ada. Kedamaian sejati akan membuat kita mampu merasa damai bahkan dalam keadaan yang tidak menyenangkan sekalipun.
Lalu apakah orang-orang di luar Kristus bisa merasakan damai? Dalam taraf tertentu “ya,” dan ini adalah bagian dari anugerah umum Allah pada manusia. Namun, menurut Alkitab, damai tersebut bukanlah damai yang sejati. Damai tersebut biasanya didapatkan karena memenuhi ritual-ritual tertentu, entah bertarak atau melakukan sebuah kewajiban agamawi. Sehingga, damai tersebut muncul karena seseorang merasa telah melakukan sesuatu “kewajiban” untuk Tuhan.
Sedangkan damai dalam Kekristenan, merupakan sesuatu yang logis muncul ketika dia menerima Kristus. jadi, damai itu didapat bukan karena kewajiban agamawi tertentu melainkan karena Kristus yang hadir di dalam hati dan hidup seseorang. kewajiban-kewajiban agamawi yang dia buat, bukanlah supaya mendapatkan damai yang sejati, namun justru karena hidupnya dipenuhi oleh damai sejati, maka dia tidak bisa tidak melakukan sesuatu untuk Sang Pemberi Damai.

2.       Saya mau tanya nih. Saya pernah baca di PB tapi lupa ayatnya. Di situ ditulis kira-kira begini bunyinya, Tuhan Yesus berkata: barangsiapa menghujat Anak Manusia masih dapat diampuni, tapi barangsiapa menghujat Roh Kudus tidak dapat diampuni, baik di dunia ini maupun di masa yg akan datang.Kenapa dibedakan antara Anak Manusia dengan Roh Kudus? Bukankah Allah Tritunggal setara kedudukannya? Ayatnya ada di mana ya? Terima kasih atas penjelasannya.
Jawab:
Ada dua pertanyaan yang harus dijawab di sini. Pertama, soal ayat dan maksudnya. Ayat yang dimaksud ada dalam Mat. 12:31-32 dan Mrk. 3:28-29. Konteks ayat ini ialah ketika Yesus mengusir setan, ahli-ahli Taurat dan Orang Farisi menganggap bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Yesus lantas menyebut tindakan itu sebagai “menghujat Roh Kudus,” yakni menganggap perkerjaan yang dilakukan Roh Kudus sebagai karya iblis.
Lalu mengapa dosa tersebut tidak bisa diampuni? Penting diingat bahwa salah karya pertama Roh Kudus dalam keselamatan ialah menginsyafkan seseorang akan dosanya (Yoh. 16:8).  Tanpa Roh Kudus, seseorang tidak akan bisa bertobat dan menemukan keselamatan. Sehingga, bila seseorang menghujat Roh Kudus maka ia menjadi tidak akan bisa diampuni sebab ia menolak karya Allah yang memampukan dia bertobat. Dengan menghujat Roh Kudus, ia telah menolak satu-satunya karya Allah mempertobatkan dia sehingga dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertobat.
Mengenai Tritunggal, kita harus menyadari bahwa ketiga Oknum yang ada memang berbeda pribadi. Kita tidak sependapat dengan bidat Modalistik atau Oneness yang mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang berganti-ganti peran untuk setiap zamannya. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah memakai “topeng” sebagai Bapa, pada zaman Perjanjian Baru, Ia berganti peran sebagai Yesus, dan akhirnya pada masa kini, Ia mengenakan jabatan sebagai Roh Kudus. Pemahaman demikian ialah pemahaman yang salah. Memang hanya ada satu Allah, namun Ia mewujudkan diri-Nya dalam tiga Pribadi yang setara secara hakikat: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Kita meyakini bahwa Bapa bukanlah Anak, Bapa bukanlah Roh Kudus. Anak bukanlah Bapa, Anak bukanlah Roh Kudus. Ketiganya berbeda namun setara dalam hakikat keallahan-Nya. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus juga adalah Allah.
Secara ontologis (hakikat keallahan) mereka memang sama-sama Allah, namun dalam Pribadinya mereka berbeda. Secara ekonomis (susunan keallahan) mereka juga berbeda. Anak jelas tunduk kepada Bapa, Roh Kudus datang untuk memuliakan Anak. Perbedaan secara ekonomis ini tidak sama dengan perbedaan hakiki seperti yang diyakini kaum Sub-Ordinarianisme. Mereka meyakini bahwa secara hakiki Anak lebih rendah dari Bapa (Anak menjadi Allah kelas dua), dan Roh Kudus lebih rendah dari Bapa dan Anak. Pemahaman demikian jelas sesat. Mereka berbeda dalam ekonominya, namun setara dalam ontologinya.

3.       Kalau memang Tuhan itu memang Mahaadil, mengapa bisa ada dosa turunan? Bukankah hal ini sangatlah tidak adil buat kita, karena tiap kita manusia pastilah berdosa karena adanya dosa turunan ini yang padahal kita tidak melakukannya?
Jawab:
Dosa turunan ada karena kita terikat kepada Adam sebagai nenek moyang kita, sekaligus kepala perjanjian kita dengan Allah. Sehingga, bila Adam berdosa maka kita sebagai keturunannya juga akan terkena dampaknya. Hal ini merupakan hal yang sangat logis, sebab tidak pernah ada dosa yang tidak berdampak. Misalnya, seseorang yang kedapatan mencuri, efek dari tindakannya tersebut tentu tidak hanya dirasakan oleh dia, namun juga orang-orang yang di sekelilingnya. Misalnya, keluarganya akan menjadi malu, orang-orang di dekatnya mungkin juga dicurigai memiliki kecenderungan mencuri seperti orang tersebut, dsb. Lagipula, bila dosa turunan dianggap tidak adil, apakah juga adil bila kita yang tidak mengenal Yesus mendapatkan keselamatan oleh karena Dia?

4.       Gematric number itu apa sih? Mengapa angka "26" disebut sebagai Allahnya orang Israel? Mengapa angka "777" bisa identik dengan Tuhan? Apa ada hubungannya dengan Gematric number ini?
Jawab:
Gematric number atau Gematria ialah sistem penomoran orang terhadap huruf-huruf untuk memberi makna atau nilai terhadap sesuatu. Seringkali gematria ini juga menjadi suatu kode atau sandi rahasia. Contohnya, seseorang yang bernama “Dedi” nilainya dalam abjad kita ialah 22 (D=huruf ke-4, jadi nilainya 4, E=5, D=4, I=9; 4+5+4+9=22). Angka 26 diidentikan dengan Tuhan Bangsa Israel sebab jumlah nama Yahwe ialah 26 (YHWH; Y=dalam abjad Ibrani huruf ke-10, jadi nilainya 10, H=5, W=6, H=5; 10+5+6+5=26). Sedangkan “777” diidentikkan dengan Tuhan sebab 7 dalam numerologi (ilmu angka) orang Yahudi artinya sempurna, diulang 3 kali untuk menunjukkan kepastian. Sehingga “777” artinya kesempurnaan yang pasti. Bagi orang Yahudi, kesempurnaan yang pasti ini tentu hanya ada dalam Tuhan.

5.       Ada tertulis kalau hanya ada 144ribu orang yang dimeteraikan oleh Tuhan. Apakah hal ini mengacu bahwa hanya 144ribu orang yg akan masuk surga? Kalau begitu bukankah kemungkinan besar "jatah 144ribu" itu sudah terisi sejak lama? Kalau begitu bagaimana dengan kita?
Jawab:
Saksi Yehova memaknai angka 144ribu ini secara literal, sehingga mereka berkeyakinan bahwa yang masuk sorga hanyalah 144ribu orang saja, sedangkan sisanya akan masuk dalam “langit dan bumi baru,” yaitu bumi yang akan diperbaharui menjadi baik seperti keadaan semula di Eden. Karena, keyakinan mereka, saat ini sorga sudah penuh, maka nantinya semua orang benar pada zaman ini akan masuk dalam langit dan bumi baru.
Pemahaman demikian tentu buka pemahaman yang benar. Ingat bahwa jenis sastra Kitab Wahyu ialah apokaliptik, suatu jenis sastra yang penuh dengan simbol, sehingga angka-angka yang ada pun tentu tidak bisa dimaknai secara literal, termasuk angka 144ribu ini. Pemahaman secara literal tentu akan membawa banyak kesulitan, salah satu konsekuensinya, tidak semua suku Israel akan masuk sorga. Perhatikan baik-baik bahwa tidak ada suku Dan dalam Wahyu 7:5-8  tersebut.
Dalam numerologi Yahudi, angka ini terdiri dari 12 x 12 x 1000. Angka 12 kemungkinan merujuk pada jumlah suku Israel dan murid Yesus, sedangkan 1000 merujuk pada angka yang banyak. Sehingga bagi saya, angka 144ribu berarti orang-orang pillihan yang banyak yang terdiri dari bangsa Israel maupun murid-murid Tuhan yang lain.  Walau masih bersifat tafsiran, namun hal ini lebih masuk akal dan bertanggung jawab tinimbang memaknai angka ini secara literal.

6.       Ini ada pertanyaan dari temenku, dan aku bingung bagaimana cara menjawabnya? "Bisakah Tuhan membuat batu yang amat sangat besar sehingga Tuhan itu sendiri tdk mampu mengangkatnya?"
Jawab:
Jawabannya sederhana, tidak bisa. Orang mungkin akan berpikir, kalau begitu Tuhan tidak Mahakuasa? Nah, ketika berbicara tentang Tuhan kita tentu tidak bisa membicarakan-Nya dari satu sisi saja. Kita harus membicarakannya secara komprehensif (menyeluruh) sebab bila tidak akan terjadi banyak kesulitan. Misalnya, ketika kita berbicara tentang NaCl (Natrium Chlorida) atau yang biasa dikenal sebagai, garam, kita tidak bisa membicarakannya dari satu unsur saja. Natrium adalah sebuah unsur yang sangat reaktif dan mudah meledak bila terkena air, namun tentu tidak akan masuk akal bila kemudia kita melarang seseorang memakan garam karena takut akan muncul ledakan dalam mulutnya. Ketika berbicara tentang garam, tentu kita tidak bisa berfokus pada satu unsur saja, sebab garam terdiri atas dua unsur yang saling mempengaruhi.
Berbicara tentang Tuhan, kita pun juga tidak bisa hanya menekankan pada kemahakuasaan-Nya, sebab ada sifat-sifat lain yang juga melekat pada-Nya, misalnya kesempurnaan-Nya. Kesempurnaan ini membuat Dia tidak bisa menciptakan sesuatu yang lebih sempurna dari diri-Nya, sebab bila ada sesuatu yang lebih sempurna dari Dia berarti Dia belum sempurna dan sesuatu yang lebih sempurna itulah yang lebih layak disebut Allah. Bagi kita hari ini, mungkin arti sempurna banyak mengalami kemerosotan. Sempurna bagi kita belum tentu akhir. Suatu produk yang diiklankan bisa saja diklaim sempurna, namun nyatanya masih mengalami perbaikan-perbaikan dan revisi. Hal yang demikian sebenarnya tidak bisa disebut sempurna.
Kesempurnaan berarti sesuatu yang sudah puncak dan tidak ada yang lebih puncak lagi darinya. Kesempurnaan ini jugalah membuat Allah menjadi “Oknum yang paling …,” dan tidak ada yang lebih paling daripada Dia, siapapun atau dalam bentuk apapun.

7.       Neraka itu sebenarnya sudah ada atau baru akan ada pada saat hari penghakiman? Bukankah dalam cerita Lazarus dan orang kaya ada disebutkan tentang neraka?
Jawab:
Bila menilik catatan Alkitab jelas bahwa neraka sudah ada. Kisah Lazarus dan Orang Kaya menjadi salah satu nas pendukungnya. Meski nas ini bersifat perumpamaan, namun tentu Tuhan tidak akan memakai sesuatu yang salah untuk dijadikan kisah perumpamaan-Nya.

8.       Penyembahan yang benar itu bagaimana sih? Apa kita harus melakukannya?
Jawab:
Penyembahan sebenarnya tidak terkait dengan cara, selama cara ini tidak ngawur. Kelompok Pentakosta misalnya memahami penyembahan dalam artian seperti campuran doa dan bermazmur. Ada lagi yang memahami penyembahan seperti orang yang menenangkan diri dan merenungkan kata-kata firman. Alkitab tidak memberi data yang jelas tentang cara menyembah, sehingga cara menyembah bukanlah hal yang perlu dirisaukan selama cara ini baik. Namun bila caranya sudah mulai aneh (mis. Menyiksa diri, berhubungan seks, dsb) maka hal tersebut jelas sesat.
Yang terpenting dalam penyembahan ialah fokusnya. Penyembah yang benar ialah mereka yang menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh. 4:23). Roh di sini merujuk pada penyembahan kepada Allah yang tidak terbatas oleh tempat, sedangkan kebenaran terkait erat dengan Yesus sebagai fokus penyembahannya. Ketika kita bermazmur apakah kita bermazmur untuk Yesus? Ketika kita menangis dalam penyembahan kita apakah kita menangis karena kasih Yesus atau sekedar untuk mengasihani diri sendiri? Penyembah yang benar hanya menjadikan Yesus sebagai pusat penyembahannya bukan dirinya.

9.       Dalam Alkitab kita dilarang menyembah dua tuan. Apakah juga berlaku dalam pekerjaan sebagai guru?
Jawab:
Konteks ayat ini ialah ketika kita mengabdi pada dua tuan yang jelas-jelas sangat bertentangan, yakni Allah dan Mammon. Dalam konteks kerja, kita sebenarnya tidak dilarang untuk bekerja pada dua tempat yang berbeda, selama kita bisa mengatur dengan baik. Namun, bila kedua majikan kita saling bertentangan atau saling bersaing, tentu kita tidak diharapkan bekerja pada keduanya sebab sama seperti kata Alkitab, “jika demikian kita akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau kita akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.” (Luk. 16:13).

10.   Apa beda ujian dan pencobaan dalam Yak. 1:3, 13?
Jawab:
Ujian ialah sebuah kesulitan yang terjadi yang tujuannya menjadikan kita tekun dan tahan uji (Yak. 1:3, 12), jadi sifatnya lebih membangun kita. Sedangkan pencobaan, merupakan sesuatu yang muncul untuk menjatuhkan kita. Dalam kenyataannya, seringkali sulit bagi kita untuk membedakan apakah yang kita alami ujian atau cobaan. Terlebih, Alkitab mencatat bahwa banyak kali sebuah peristiwa memang memiliki makna ganda, menjadi ujian sekaligus pencobaan. Kisah Ayub merupakan sebuah contoh yang bagus. Apa yang Ayub alami, di satu sisi, ialah ujian dari Tuhan, namun di sisi lain, juga merupakan usaha iblis untuk menjatuhkannya.
Yang terpenting bukan mengetahui apakah yang kita alami ujian atau cobaan melainkan bagaimana kita meresponi kesulitan tersebut. Yakobus memberi tahu kita kiat menghadapi kesulitan tersebut, yakni dengan menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan, tekun, memohon hikmat dari Allah untuk menghadapinya, dan menyadari bahwa Allah tidak mungkin mencobai kita (Yak. 1:2-8, 12).

11.   Apakah ada macam-macam dosa? 1 Yoh. 5:16-17, dosa mendatangkan maut dan tidak? Dosa yang tidak mendatangkan maut itu gimana ya??
Jawab:
Yohanes memang membagi jenis dosa menjadi dua, yakni yang mendatangkan maut dan tidak. Mengenai jenis dosa yang tidak mendatangkan maut, kita tidak tahu pasti apa saja yang digolongkan sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut. Mengenai dosa yang mendatangkan maut, berdasar dari konteks surat 1 Yohanes, kemungkinan besar ialah mereka yang meninggalkan imannya pada Anak Allah, (tidak berada di dalam Dia), atau tidak memiliki kasih kepada saudaranya.

12.   Apa maksudnya Kej. 3:22. Apa secara tidak langsung membenarkan bahwa sebelum manusia makan buah pengetahuan, manusia gak tau baik dan jahat, sehingga yang dikatakan iblis benar? Bukankah manusia diciptakan menurut gambar Allah, berarti harusnya udah tahu donk tentang yang baik dan jahat? Lalu apa maksudnya buah kehidupan?
Jawab:
Ya, memang manusia sebelum memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat tidak mengenal apa itu dosa, apa itu salah. Pengetahuan ini tidak inheren (ada dengan sendirinya) dalam citra manusia sebagai gambar Allah. Manusia diciptakan sebagai gambar Allah berarti manusia menjadi wakil kekuasaan Allah, manusia memang merefleksikan sifat Allah namun dalam lingkup yang sangat terbatas. Sifat-sifat yang direfleksikan, khususnya, ialah otoritas Allah dan kesosialan Allah. Manusia memiliki hak ut mengelola bumi (aspek otoritas) dan juga memiliki kerinduan untuk berelasi (memiliki hubungan) dengan sesamanya.

13.   Apa orang Kristen boleh mengikuti adat dan budaya. Bukankah dalam setiap budaya ada doa-doa yang gak berkenan, tapi sebagai warga yang baik kita kan harus melestarikan?
Jawab:
Dalam batasan tertentu, kita harus menjadi orang yang mempertahankan budaya dan adat kita, yakni selama adat atau budaya tersebut tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Bila budaya tersebut jelas bertentangan, maka kita harus tegas menolaknya. Bila budaya tersebut masih memiliki nilkai-nilai positif, maka budaya tersebut bisa kita kontekstualisasikan (sesuaikan). Bila budaya tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan firman, baru kita bisa menerimanya.
Untuk memperjelas, contohnya, dalam budaya Tionghoa, ada budaya berdoa untuk arwah leluhur. Nah, budaya ini jelas tidak bisa kita terima jarena jelas bertentangan dengan firman Tuhan. Dalam budaya Tionghoa, ada juga budaya menghormati orang tua yang kadangkala sampai bersujud pada mereka. Nah, budaya ini bisa kita sesuaikan. Menghormati orang tua adalah hal yang baik, namun sikap bersujud pada mereka ialah hal yang kurang baik, karena berkonotasi menyembah mereka. Kita bisa mengganti bentuk penghormatan ini dengan pai-pai atau membungkukkan badan. Sikap ini lebih netral dan tidak berkonotasi penyembahan.
Namun, dalam budaya Tionghoa ada juga budaya merayakan Imlek. Budaya ini tidak bertentangan dengan firman Tuhan sebab perayaan Imlek pada awalnya merupakan sebuah acara perayaan tahun baru. Imlek juga membantu para petani untuk menghitung iklim sehingga mereka bisa menentukan kapan waktu tanam dan waktu panen yang baik dengan berdasarkan peredaran bulan. Mitos-mitos Imlek yang biasa kita dengar hari ini sebenarnya ialah kisah-kisah yang ditambahkan kemudian untuk menjadi “bumbu penyedap.” Karena tidak ada hal yang bertentangan dengan firman Tuhan, maka kita masih bisa untuk mempertahankan atau mengikuti budaya tersebut.

3 komentar:

  1. Roma 6 :7 mengatakan,bahwa orang yang telah mati sudah BEBAS dari DOSA.
    Mengapa untuk orang yang sudah bebas dari dosa,masih disedikan "API NERAKA"

    Bagaimana penjelasannya>

    BalasHapus
  2. Mengenai Kej.3:22 Pasti Adam sudah tahu tentang baik atau jahat.
    Kalau ia belum tahu,maka bagaimana Allah dapat memberi larangan kepadanya?
    Dengan kata:Jangan makan,maka Adam tahu bahwa ia tidak boleh makan.
    Tentang jahat dan baiknya kalau menentukan jalan hidpnya sendiri,itu yang Adam belum tahu.

    Sewaktu Adam makan buah itu berarti bahwa ia memilih untuk lepas dari bimbingan Allah,dalam menentukan jalan hidupnya.
    Dalam kata-kata sendiri Yeremia 10 :23 mengatakan,bahwa manusia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan jalannya sendiri.
    Manusia yang berjalan tidak mempunyai kuasa untuk mengarahkan langkahnya.
    [mohon baca sendiri ayatnya]

    Ini yang mereka tidak ketahui.

    Semoga membantu memperjelas.
    Sekian.

    BalasHapus
  3. Mengenai dosa yang mendatangkan maut dan yang tidak.
    Alkitab mencatat dalam Markus 3-29: Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus,ia tidak mendapat ampun selama-lamanya,melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.
    Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia,ia akan diampuni;tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus,ia tidak akan diampuni.

    Yudas pasti tidak akan diampuni dosanya.Yesus mengatakan tentang di bahwa lebih baik kalau ia tidak dilahirkan [Matius 26:24]

    Tetapi, ambil waktu untuk membaca tentang Raja Manasye dan lihat betapa luar biasa bejatnya dia dan benar-benar melakukan apa yang sangat bertentangan dengan kehedak-kehendak Allah,tetapi ia dapat pengampunan dosa dan bahkan ia ditahktakan kembali sebagai raja. [2 Raja-raja 21 : 1-17 dan kemudiab baca Taw. 33-2-9; 33 : 33 :10-11; Taw.33 : 12-13.
    Begitu luar biasanya dosanya dan bejatnya,tetapi ia dapat pengampunan.
    Sukar memang untuk mengatakan dosa yang memutkan dan dosa yang tidak memautkan.
    Saya akan mengadakan riset yang lebih intensip dan jika berhasil,maka saya akan sharing mengenai hasilnya.

    Untuk kini,cukup dulu,

    BalasHapus