ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Rabu, 21 Desember 2011

ABBA 25

1.       Lukas 9:23 sebagai syarat mengikut Yesus. Bagaimana bentuk “penyangkalan diri” dan “memikul salib” setiap hari terus mengikut Yesus? Apa kaitannya dengan perikop lain Lukas 9:57-62, biarlah orang mati menguburkan orang mati? Bagaimana praktik dalam kehidupan yang harus dinyatakan seseorang dalam mengikut Yesus?
Jawab:
Penyangkalan diri merujuk pada sebuah kehidupan yang tidak lagi berpusat pada keinginan, kesenangan dan kenyamanan diri sendiri melainkan kepentingan Allah. Sedangkan memikul salib merupakan sebuah gambaran totalitas ketundukan atas beban yang diletakkan oleh otoritas lain, dalam hal ini Allah. Wujud tertinggi dari dua hal ini nantinya diungkapkan dalam 9:24, yakni berupa kerelaan memberikan nyawa bagi Allah. Bagaimana bentuk praktisnya? Sebelum Anda melakukan sebuah hal, coba ambilah waktu sejenak dan pikirkan apakah hal yang akan Anda lakukan tersebut menyenangkan Allah? Pilihan akan terasa sulit bila tensi antara yang benar dan yang menyenangkan semakin kuat. Siapkah Anda melakukan yang benar?
Contoh konkritnya, ketika menerima suatu proyek pekerjaan, Anda mendapatkan kesempatan untuk korupsi. Hasil yang bisa Anda dapat dari korupsi tersebut ternyata cukup untuk membeli mobil yang selama ini Anda idam-idamkan. Pilihan terasa mudah bagi Anda sebab hal tersebut adalah hal yang lumrah, rekan-rekan Anda yang lain pun melakukan korupsi seperti demikian. Nah, apakah Anda akan tetap melakukan korupsi? Bila tidak, mungkin Anda bisa saja dimusuhi oleh rekan-rekan Anda karena akan membuat mereka terlihat buruk di mata atasan dan para klien. Apa yang akan Anda lakukan?
Atau misalkan seorang klien meminta Anda bertemu dengannya di hari minggu. Klien ini bisa memberi Anda keuntungan yang sangat banyak, akan tetapi Anda tahu bahwa bila Anda menemuinya, Anda tidak akan bisa ke gereja pada hari itu. Apa yang akan Anda lakukan? Mana yang Anda utamakan bagi anak Anda, membuat anak Anda aktif bekerja/mengikuti bermacam les atau membuat dia rajin beribadah dan aktif melayani? Penyangkalan diri dan memikul salib seharusnya membuat kita rela melakukan hal-hal yang menyenangkan Allah meski karena hal tersebut kita akan merasa sakit, kehilangan orang atau sesuatu yang berharga dari hidup kita, atau bahkan mungkin kehilangan nyawa kita (cf. ay. 26).
Lukas 9:57-62 juga berbicara soal keutamaan Yesus bila kita ingin mengikut Dia. Kita siap mengalami penolakan, bahaya, ancaman bahkan kehilangan karena Dia. Orientasi kita bukan lagi pada hal duniawi tetapi pada Allah Sumber segala berkat. Bagi orang yang mati (secara rohani) mengurusi hal-hal duniawi (menguburkan orang mati) adalah hal yang penting, tetapi bagi orang yang hidup (secara rohani) mengurusi hal duniawi tidak lagi menjadi prioritas, sebab Yesus selalu ada di tempat pertama. Ini semua seharusnya membuat kita hidup mengutamakan Yesus. Apakah Anda masih lebih memilih bertemu klien di hari minggu daripada pergi beribadah di gereja? Apakah ketika melayani di gereja, Anda masih memperhitungkan apa untung ruginya bagi Anda? Apakah Anda merasa telah berbuat terlalu banyak bagi gereja? Pertanyaan ini tentu masih bisa dikembangkan lebih banyak, namun bila untuk tiga pertanyaan di atas ternyata hati Anda menjawab “ya,” maka Anda perlu mempelajari kembali arti menjadi pengikut Yesus.

2.       Lukas 9:24, apa yang dimaksud dengan menyelamatkan nyawa dan kehilangan nyawa dalam ayat tersebut?
Jawab:
Kata sambung di permulaan kalimat ayat 24, secara khusus menunjukkan bahwa ayat 24 ini terkait dengan ayat 23. Ayat 24 merupakan alasan (“karena”; Yunani: gar) mengapa kita harus melakukan hal-hal yang disebut dalam ayat 23, yakni soal menyangkal diri dan memikul salib. Mengapa kita harus menyangkal diri dan memikul salib? Karena dengan melakukannya kita akan mendapatkan kehidupan yang sebenarnya. Apa maksudnya?
Bentuk tertinggi dari penyangkalan diri dan memikul salib ialah kerelaan memberikan nyawa bagi Tuhan. Bagi beberapa orang yang mengutamakan nyawanya, Tuhan berkata bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya sedang kehilangan nyawa mereka, yakni kehidupan yang sebenarnya di dalam sorga. Orang yang mengutamakan nyawanya sehingga lebih mau menyangkal Yesus, memang tidak akan kehilangan nyawanya di dunia, tetapi ia tidak akan mendapatkan kehidupan yang sebenarnya, yakni kehidupan kekal bersama Tuhan.
Sebaliknya, bagi orang yang menempatkan Tuhan sebagai yang terutama sehingga lebih rela kehilangan nyawanya daripada kehilangan Tuhan, Tuhan berkata bahwa orang tersebut memiliki kehidupan yang sejati, yakni kehidupan bersama Tuhan. Orang tersebut mungkin harus kehilangan hidupnya di dunia, tetapi Tuhan pasti menggantikannya dengan kehidupan bersama-Nya. Jadi, orang yang sungguh-sungguh menyangkal diri dan memikul salib tidak akan lagi berfokus pada hal-hal duniawi, termasuk nyawanya, melainkan kepada pengabdian total terhadap Allah.

3.       Dalam Allah Tritunggal masing-masing mempunyai kedudukan yang setara. Bagaimana dengan Lukas 12:10, melawan Yesus dan menghujat Roh Kudus mempunyai dampak pengampunan yang berbeda?
Jawab:
Kesetaraan Allah Tritunggal sebenarnya harus dilihat dalam hal naturnya (ontologi) sebagai Allah. Ketiganya adalah Allah sehingga tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antaranya ketiganya sebab baik Bapa, Anak maupun Roh Kudus adalah Allah. Namun, Alkitab juga memberikan data bahwa dalam konteks rencana keselamatan (ingat baik-baik, bukan dalam konteks keallahan), ternyata ada ordinasi (susunan) di antara ketiganya. Bapa lebih besar dari Anak, Anak lebih besar dari Roh Kudus. Apa buktinya?
Misalnya, ternyata Yesus turun ke dunia karena Bapa yang memerintahkan-Nya (Yoh. 3:17; Rm. 8:3; Gal. 4:4; 1Yoh. 4:9-10, 14). Tentunya hanya yang lebih tinggi yang berhak mengutus yang lebih rendah. Dalam Yoh. 16:14, dikatakan bahwa tugas Roh Kudus ialah memuliakan Yesus. Jelas dalam hal ini Roh Kudus nampak seperti “melayani” Yesus. Jadi, dalam hal hakikat keallahan ketiganya adalah setara, sama-sama Allah, tetapi dalam konteks rencana keselamatan, Alkitab sendiri menunjukkan bahwa ada perbedaan di antara ketiganya.
Lalu mengapa ada perbedaan dampak pengampunan dalam Luk. 12:10 (dan juga paralelnya)? Hal ini pun harus dipahami dalam konteks rencana keselamatan Allah. Tugas utama Roh Kudus dalam keselamatan ialah membuat seseorang menerima pengampunan Allah yang telah dikerjakan-Nya melalui Tuhan Yesus (1Kor. 12:3). Tidak ada seorang pun yang bisa percaya kepada Yesus tanpa karya Roh Kudus di dalam diri orang tersebut. Bila ketika Roh Kudus berkarya, kemudian seseorang menolaknya dengan jalan menghujat Roh Kudus tersebut (dalam konteks Matius dan Markus, dijelaskan yakni ketika seseorang menyebut karya Roh Kudus sebagai karya iblis; bnd. Mat. 12:32; Mrk. 3:29) maka dengan demikian orang tersebut telah menutup bagi dirinya sendiri jalan menuju pengampunan Allah. Itu mengapa tidak dikatakan tidak ada pengampunan baginya, sebab ia menolak karya Roh Kudus, satu-satunya jalan ia bisa menerima pengampunan Allah.

4.       Apa arti masing-masing ayat dalam Lukas 12:49-53?
Jawab:
Perikop ini berbicara mengenai dampak yang dibawa oleh Yesus melalui kedatangan-Nya. Ada dua dampak yang dituliskan oleh Lukas di sini. Pertama, ayat 49-50. Kata “api” di sini jelas merupakan sebuah simbol yang dipakai Tuhan Yesus. Di dalam tulisan, kata “api” lebih sering digunakan untuk merujuk kepada penghakiman (bnd. 3:9; 17; 9:54; 17:29). Kemungkinan kata “api” di sini juga bermakna sama, yakni merujuk kepada penghakiman. Dampak pertama yang Yesus bawa melalui kedatangan-Nya ialah penghakiman. Ia mengharapkan api itu telah menyala sebab melalui api (baca: penghakiman) itulah rencana keselamatan Allah dicapai.
Namun, penghakiman tersebut belum terjadi sebab Yesus harus lebih dulu menerima baptisan-Nya. Baptisan di sini sebenarnya merupakan simbol yang merujuk pada salib: penolakan terhadap Yesus dan kematian-Nya. Ungkapan dalam ayat 50b (“ . . . dan betapakah susahnya hati-Ku . . .”) menunjukkan bahwa salib memang adalah harga yang sangat berat yang harus ditanggung Yesus. Kematian Yesus memang adalah penggenapan dari rencana Allah, bukan sebuah kecelakaan. Tetapi meski hal tersebut adalah sesuatu yang telah dirancangkan Allah, pernyataan Yesus menunjukkan bahwa, bagaimanapun, salib tetap bukanlah sesuatu yang menarik.

5.       Luk. 19:8-9. Keselamatan terjadi atas isi rumah Zakheus, karena orang inipun anak Abraham. Apakah maksud dari anak kalimat tersebut, dan keturunan Abraham semua diselamatkan?
Jawab:
Para sarjana tidak sependapat apakah istilah anak Abraham bersifat rasial atau tidak. Namun, menilik dari Luk. 3:8, nampaknya istilah “anak Abraham” lebih tepat dipahami tidak bersifat rasial, karena Yohanes mengatakan bahwa istilah tersebut tidak lagi bersifat eksklusif. Allah bisa menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu. Ini sesuai dengan tema yang diusung Lukas bahwa jangkauan keselamatan tidak lagi terbatas pada ras tertentu tetapi pada semua bangsa dan kaum yang mau menerima Yesus, atau mengkuti iman Abraham (bnd. Rm. 4:12).
Lalu apa maksud pernyataan Yesus di sini? Zakheus adalah seorang pemungut cukai, dan pekerjaan tersebut membuat ia menjadi terasing dari bangsanya sebab bagi orang-orang sebangsanya pekerjaan itu adalah pekerjaan yang kotor. Pekerjaan tersebut membuat Zakheus menjadi penolong bagi bangsa penjajah, dan dengan demikian juga menjadi pengkhianat bangsa. Ini membuat ia tidak lagi dianggap sebagai seorang Yahudi sebab ia telah mengkhianati bangsanya.
Akan tetapi, Tuhan datang dan mengatakan bahwa keselamatan Zakheus bukan didasarkan atas garis keturunannya tetapi atas dasar imannya. Ia memang tersisihkan dari masyarakat karena pekerjaannya, namun, imannya kepada Yesus membuat ia terhitung sebagai keturunan Abraham. Imannya kepada Yesus membuatnya menjadi seorang Yahudi sejati, lebih sejati daripada orang Yahudi lain yang menolak Yesus. Sehingga, dengan demikian, tidak semua orang yang merupakan keturunan Abraham akan diselamatkan, sebab seseorang hanya benar-benar menjadi “keturunan Abraham” ketika ia mengikuti iman yang Abraham miliki, yakni iman kepada Allah yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar