ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Rabu, 21 Desember 2011

ABBA 26

1.       Yoh. 1:3. Bukankah cukup dikatakan: segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi? Apa arti kata selanjutnya: dari segala yang telah dijadikan?
Jawab:
Konstruksi di ayat ini merupakan salah satu ciri khas penulisan Yohanes, yakni pernyataan positif (segala sesuatu dijadikan oleh Dia), yang diikuti pernyataan negatif (dan tidak suatu pun yang telah jadi) serta kalimat pengulangan (dari segala yang telah dijadikan). Pengulangan ini nampaknya bertujuan mempertegas pentingnya peranan Anak atau Sang Firman dalam penciptaan, sebab segala yang telah dijadikan, tidak satupun yang dijadikan tanpa Dia. Itu artinya semua keberadaan yang diciptaan tidak ada yang tidak diciptakan oleh Dia, semua ciptaan diciptakan oleh Dia. Tugas ini tentunya hanya bisa dilakukan oleh Allah, sehingga ketika Yohanes memaparkan bahwa Firman melakukan hal-hal ini, ia sedang menunjukkan bahwa Firman itu sama dengan Allah.
Namun, saya menduga pengulangan ini juga bertujuan membatasi pengertian. Segala sesuatu yang dijadikan oleh Firman ialah semua yang diciptakan bukan semua keberadaan. Bila tidak ada pembatasan (yang telah dijadikan), maka akan muncul kesan bahwa keberadaan Allah pun ada karena Firman. Namun karena Allah tidak dijadikan atau diciptakan, maka Ia ada bukan karena Firman, melainkan bersama-sama dengan Firman, Ia ada pada mulanya (ay. 1).

2.       Yoh. 4:24, bagimana bentuk konkritnya kalau kita menyembah dalam roh dan kebenaran?
Jawab:
Ungkapan “menyembah dalam roh dan kebenaran” ini harus dilihat dalam keseluruhan teologi Injil Yohanes tentang ibadah, baik tempatnya maupun orientasinya. Di dalam Perjanjian Lama, konsep tempat ibadah merupakan sebuah tema yang penting. Di dalam Perjanjian Lama, adanya satu tempat ibadah ialah hal yang tidak bisa ditawar. Dimulai dari pendirian kemah suci hingga pembangunan bait Allah, semua umat Israel diwajibkan untuk beribadah hanya di satu tempat tersebut. Itu mengapa pada masa raja-raja, keberadaan bukit-bukit pengorbanan menjadi suatu hal yang dikecam, dan itu juga mengapa Daniel sampai harus berdoa menghadap Yerusalem. Semua karena hanya boleh ada satu tempat ibadah bagi bangsa Israel. Ketika Tuhan Yesus mengatakan soal menyembah dalam roh, itu menunjuk pada sebuah kondisi penyembahan yang tidak lagi dibatasi oleh lokasi atau satu tempat ibadah tertentu. Ini didukung oleh rujukan lokasi di ayat 21. Menyembah dalam roh berarti sebuah penyembahan yang tidak berorientasi pada tempat tertentu. Allah itu roh, Ia ada dimanapun sehingga tentunya Ia bisa disembah dimanapun.
Lalu apa maksudnya menyembah dalam kebenaran? Kata “kebenaran” di dalam Injil Yohanes biasanya selalu terkait dengan Yesus. Bahkan, dalam Yoh. 14:6, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia sendirilah kebenaran itu. Ini berarti menyembah dalam kebenaran ialah sebuah penyembahan yang berorientasi dan berfokus pada Yesus. yang ditinggikan, dipuji dan disembah adalah Yesus, bukan yang lain. Wujud konkritnya? Kita kini bisa menyembah Allah dimanapun kita berada. Penyembahan tak lagi dibatasi oleh satu tempat kudus saja sebab Allah yang Mahahadir itu ada dimanapun. Itu berarti ungkapan seperti “gereja tak punya Roh Kudus” merupakan ungkapan yang salah, sebab Allah hadir dimanapun. Walau begitu, kita tetap harus mengingat apa fokus dan tujuan dari penyembahan tersebut: apakah kemuliaan Tuhan atau kesenangan diri kita sendiri? Ketika Anda menyanyi apakah kita menyanyi dengan syahdu karena lahir dari hati yang ingin menyenangkan Tuhan atau hanya karena Anda menyukai lagu tersebut? Ketika Anda berdoa, lalu Anda menangis, apakah tangisan itu muncul dari kekaguman akan kasih Tuhan atau karena Anda sedang mengasihani diri? Sebuah ibadah atau penyembahan yang bukan berorientasi pada Yesus bukanlah sebuah ibadah yang benar.

3.       Kis. 2:1, ada istilah hari Pentakosta. Apakah istilah tersebut sudah ada sebelum jaman Tuhan Yesus?
Jawab:
Benar. Istilah hari Pentakosta merupakan istilah yang ada sebelum jaman Tuhan Yesus. Kata Pentakosta berasal dari bahasa Yunani, pentekoste, artinya ke limapuluh. Dalam Perjanjian Lama, hari Pentakosta merupakan salah satu hari raya utama bagi bangsa Israel (bnd. Ul. 16:9-14) yang dirayakan pada hari kelimapuluh atau tujuh minggu setelah paskah. Pada perayaan tersebut, bangsa Israel diwajibkan untuk memberikan persembahan kepada Tuhan, baik korban bakaran dan sajian (bnd. Bil. 28:26-31; Im. 23:15-22) maupun hasil panen (bnd. Kel. 23;16; 34:22). Makna teologis dari peringatan ini ialah, bahwa “Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik” (Fausset). Di dalam Perjanjian Baru (Kitab Kisah Para Rasul), hari Pentakosta menjadi hari dimana Roh Kudus turun ke atas orang percaya dan dengan demikian, menjadi hari lahirnya gereja di dunia (Kis. 2).

4.       Kis. 8:4-17. Ayat 12: orang banyak percaya akan berita Injil yang disampaikan oelh Filipus dan mereka memberi diri untuk dibaptis. Ayat 16: Roh Kudus belum turun di atas seorangpun, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Ayat 17: Petrus dan Yohanes (bukan Filipus) menumpangkan tangan dan mereka menerima Roh Kudus. Dari urutan ayat demi ayat di atas, mohon penjelasan sebagai berikut:
  • Bagaimana prosesnya Roh Kudus sampai tinggal dalam diri seseorang?
  • Dalam ayat 16, mengapa Roh Kudus belum turun di atas seorang pun? Bukankah mereka sudah percaya dan memberi diri dibaptis. Juga ada kata “hanya,” maksudnya bagaimana? Apakah Filipus salah dalam mengucapkan baptisannya?
  • Mengapa harus rasul lain diutus menumpangka tangan bukan Filipus yang membaptis? Seorang menerima Roh Kudus harus melalui proses penumpangan tangan?
Jawab:
Diskusi soal peristiwa turunnya Roh Kudus dalam Kisah Rasul 8 ini memang menjadi bahan perdebatan yang hangat antara kelompok Pentakosta-Karismatik dan Kaum Injili. Namun, perdebatan tersebut seringkali muncul karena sistem penafsiran yang tidak sesuai. Dalam kasus ini, kita perlu memperjelas lebih dulu bahwa konsepsi Lukas dan Paulus mengenai baptisan Roh Kudus adalah berbeda. Kebingungan seringkali muncul karena kita memakai konsep salah seorang di antaranya untuk membaca tulisan yang lainnya. Dalam tulisan Paulus, konsep karya Roh Kudus lebih bersifat soteriologis (keselamatan), sehingga karya Roh Kudus selalu terkait dengan keselamatan atau kehidupan seseorang di hadapan Allah. Sedangkan dalam tulisan Lukas, konsep ini tidak nampak. Karya Roh Kudus dalam tulisan Lukas lebih bersifat empowering atau pemberian kuasa. Ini terlihat jelas dalam ayat kunci Kis. 1:8, “tetapi kamu akan menerima kuasa bila Roh Kudus turun atas kamu …” Sehingga, dalam kasus Lukas, tak heran bila kemudian seseorang bisa mengalami turunnya Roh Kudus (dalam hal ini sinonim dengan kepenuhan Roh Kudus) berulang-ulang kali.
Lalu apakah Filipus salah atau kurang kuasa? Ada beragam jawaban tentang persoalan ini. Yang paling tepat adalah meyakini bahwa orang-orang Samaria memang sudah percaya sungguh-sungguh tetapi belum dipenuhi Roh Kudus (dalam arti pemberian kuasa). Mereka baru menerima Roh Kudus setelah Petrus dan Yohanes yang menumpangkan tangan. Bukan berarti Filipus kurang berkuasa. Ini masalah problem etnis yang selalu menjadi isu sensitif dan kontroversial bagi jemaat mula-mula (bdk. Kis 11:1-3; 16:3). Seandainya mereka menerima Roh Kudus dari pelayanan Filipus, hal itu berpotensi akan mengundang kontroversi dari kalangan orang Yahudi Kristen, karena mereka secara etnis bermusuhan dengan Samaria (bdk. Yoh 4:9) dan Filipus sendiri - sekalipun orang Yahudi - tetapi berbudaya Yunani (Kis 6:1-5). Kedatangan Petrus dan Yohanes sebagai orang Yahudi tulen (baik darah maupun budaya) akan memuluskan perkembangan gereja.
Sedangkan penumpangan tangan merupakan simbol pengesahan atau perkenanan terhadap seseorang atau sesuatu. Dengan menumpangkan tangannya, Petrus dan Yohanes, sebagai wakil dari gereja di Yerusalem, melegitimasi (mengesahkan) dimulainya perluasan janji Allah kepada orang-orang di luar Yerusalem (bnd. Kis. 1:8). Allah memang berjanji bahwa gereja akan berkembang ke seluruh bumi tetapi janji ini sendiri akan digenapi melalui Yerusalem (8:14; 11:22).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar