ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Rabu, 21 Desember 2011

ABBA 32

1.       Tolong jelaskan mengenai dosa asal. Apakah itu berarti natur yang sudah rusak karena kejatuhan Adam, yang menyebabkan kecenderungan manusia untuk berbuat dosa? Lalu mengapa Tuhan tetap menghukum manusia (setelah Adam) yang berbuat dosa, karena bukankah dirinya sudah rusak karena dosa asal?
Jawab:
Ya, dosa asal merupakan dosa warisan yang kita terima dari Adam dan diturunkan melalui nenek moyang kita, yang menyebabkan natur kita menjadi rusak, sehingga kecenderungan kita ialah melakukan apa yang berdosa dan yang tidak berkenan di hadapan Allah.  Dengan kata lain, dosa asal merupakan pemicu utama terjadinya dosa aktual. Dosa asal muncul akibat pelanggaran Adam terhadap perjanjian kerja antara dia dengan Allah (Kej. 2:16-17). Dan akibat dari pelanggaran tersebut, manusia harus menerima kematian sebagai akibatnya, baik mati secara fisik maupun secara rohani.
Lalu mengapa Tuhan tetap menghukum manusia (setelah Adam) yang berbuat dosa, karena bukankah dirinya sudah rusak karena dosa asal? Jawabnya jelas, karena semua keturunan Adam terikat perjanjian kerja tersebut dengan Allah melalui Adam. Ini berarti semua keturunan Adam juga harus menerima konsekuensi kematian yang diterima oleh Adam. Inilah yang dijelaskan Paulus dalam Roma 5:12, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Dosa bagaimanapun bentuknya tetap merupakan pemberontakan yang serius di hadapan Allah, dan karena itu, harus menemui ganjarannya.

2.       Apakah Allah menciptakan neraka? Bila tidak, bagaimana proses terciptanya neraka?
Jawab:
Pertama-tama, harus dipahami dulu bahwa saya memahami neraka bukanlah sebuah tempat (place) melainkan sebuah keadaan (state). Dalam 2Tesalonika 1:9, Paulus berbicara soal hukuman kebinasaan selama-lamanya (atau yang bahasa kita sekarang, neraka) yang akan dihadapi oleh mereka yang tidak mengenal Allah dan tidak menaati Injil Yesus. Lebih lanjut, ia menjelaskan seperti apa bentuk kebinasaan itu, yakni “dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya.” Dari sini saya menyimpulkan bahwa neraka merupakan sebuah keadaan terpisahkan dari hadirat Allah dan kemuliaan-Nya secara mutlak, yang akan dialami oleh para pemberontak terhadap Tuhan.
Ketika Yesus menderita di kayu salib, Ia menanggung semua hukuman yang harus kita terima, baik secara fisik, mental, maupun rohani, yakni neraka. Akan tetapi, dimana nerakanya? Bukankan tidak ada api yang membakar Yesus? Teriakan “Eli, Eli, lema sabakhtani” (Mat. 27:46; Mrk. 15:34) sebenarnya merupakan neraka yang Yesus alami. Inilah penderitaan terberat yang Yesus alami. Ungkapan ini juga sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa esensi neraka bukanlah api dan arang tetapi keterpisahan mutlak dari Allah. Alkitab memakai gambaran lautan api, api, ulat, tempat ratap dan kertak gigi, dsb untuk menunjukkan betapa ngerinya keterpisahan dengan Allah itu.
Bila kita sudah memahami bahwa neraka bukanlah tempat, maka tentu jawaban pertanyaan di atas menjadi jelas: Allah tidak perlu menciptakan neraka, sebab neraka bukanlah sebuah entitas (keberadaan yang nyata). Neraka adalah ketiadaan anugerah Allah secara mutlak. Allah hanya perlu secara mutlak menjauhkan hadirat-Nya dari orang-orang yang memberontak kepada-Nya, dan di situlah neraka terjadi.

3.       Ef. 1:4-5, bagaimana jalan pikiran kita dapat menerima suatu fakta bahwa Allah memilih dan menentukan kita menjadi anak-anak-Nya sebelum dunia dijadikan. Juga ada orang yang tidak terpilih sesuai degan kerelaan kehendak-Nya. Yang tidak terpilih pasti binasa?
Jawab:
Dalam dunia teologi, ada sebuah istilah untuk menggambarkan pemilihan Allah, yakni predestinasi (pre=sebelum; destinasi=akhir). Sederhananya, predestinasi ialah tindakan Allah yang memilih orang-orang berdosa tertentu untuk  dijadikan sebagai umat-Nya sehingga mereka beroleh keselamatan, dan membiarkan orang-orang berdosa lainnya untuk tetap binasa. Apakah ini bisa dipahami? Tentu saja. Pertama-tama, kita harus ingat bahwa Allah sama sekali tidak memiliki tanggung jawab atau keharusan untuk menyelamatkan semua manusia. Meminjam bahasa Paulus dalam Roma 9, Allah tidak harus membuat semua manusia sebagai benda yang mulia, sebab ada kalanya ia menjadikan benda-benda yang kurang berharga. Ini bukan sebuah hal yang aneh bila dipahami dalam konteks kedaulatan Allah. Ketika seorang pasangan pergi ke sebuah panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak, tentu pasangan tersebut tidak mengadopsi seluruh anak dalam panti asuhan. Mereka pasti mengadopsi yang menarik hati mereka. Bila dalam hal ini kita bisa mengakui kedaulatan manusia dalam pemilihan anak, mengapa kita sulit mengakui kedaulatan Allah dalam pemilihan anak-anak-Nya? Seringkali ketidaksukaan kita kepada doktrin pemilihan terutama disebabkan karena kesombongan kita yang menganggap diri terlalu berharga di hadapan Tuhan, meskipun sebenarnya Kitab Suci dengan jelas menunjukkan bahwa pada dasarnya kita tidak bernilai (Mis. Mzm. 8).
Kedua, penting untuk terus diingat bahwa kebinasaan seseorang bukanlah penetapan Allah. Seseorang binasa karena memang dia mewarisi keberdosaan Adam dan menolak untuk menerima pengampunan di dalam Kristus. Jadi kebinasaan seseorang merupakan konsekuensi logis semua manusia bila ada di luar Kristus. ketiga, bagaimana dengan yang tidak terpilih? Poin kedua sangat jelas menunjukkan bahwa di luar pemilihan Allah di dalam Kristus tidak ada keselamatan! (Yoh. 14:6; Kis. 4:12). Dalam dunia teologi, konsep ini biasa disebut predestinasi ganda.
Ada sebuah konsep lain yang disebut predestinasi tunggal. Konsep ini mempercayai bahwa yang dipilih Allah pasti selamat, sedangkan yang tidak dipilih mereka memilih tidak menerka-nerka keputusan Tuhan atas orang-orang tersebut. Akan tetapi secara biblikal, hal ini jelas tidak bisa dipertahankan. Begitu pun secara filososfis. Bila ternyata orang yang tidak dipilih bisa selamat, maka ini berarti ada keselamatan di luar Kristus, dan ini jelas bertentangan dengan kesaksian Alkitab. Bila ternyata mereka tidak selamat, maka dengan sendirinya konsep itu menjadi konsep predestinasi ganda.
Lalu bagaimana dengan orang yang “tidak memiliki kesempatan” mengenal Yesus? jawaban Alkitab pun jelas, mereka pasti binasa. Paulus dalam Rm. 1:18-20 mengatakan bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui ciptaan (wahyu umum), sehingga melalui ciptaan (wahyu umum) manusia bisa mengenal Allah yang benar. Akan tetapi, masalahnya ialah kecenderungan manusia untuk menindas kebenaran. Problem utama manusia bukan tidak mengenal kebenaran, tetapi mereka suka menindas kebenaran. Itulah sebabnya Allah mengatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa berdalih dari penghukuman Tuhan (Rm. 1:20), sebab Allah telah menyatakan kebenaran kepada semua manusia tetapi mereka secara sadar telah menolak dan menindasnya. Jadi, Allah mempunyai alasan yang kuat untuk menghukum manusia.

4.       Ef. 4:30, jangan mendukakan Roh Kudus, apa bedanya dengan 1Tes. 5:19, janganlah padamkan Roh?
Jawab:
Ungkapan mendukakan Roh Kudus terkait dengan konteks pembicaraan tentang standar hidup sebagai manusia baru. Sehingga mendukakan Roh Kudus di sini berarti hidup dan bersikap seperti manusia lama yang tidak mengenal Allah, meskipun sebenarnya orang tersebut sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Seringkali, ketika kita tidak hidup sesuai standar Allah, tanpa kita sadari kita membuat alasan-alasan pembenaran, nah hal-hal itulah yang membuat Roh Kudus berduka sebab tanpa disadarai kita sedang dan masih menikmati kehidupan sebagai manusia lama.
Sedangkan beberapa orang mencoba mengaitkan memadamkan Roh dalam 1 Tesalonika 5 dengan sikap orang Tesalonika yang mulai mengabaikan pentingnya karunia-karunia rohani. Hal memang bisa saja terjadi. Namun, akan lebih tepat bila membaca ungkapan ini sebagai nasihat secara umum, dan dengan demikian artinya sama dengan mendukakan Roh Kudus. Ketika seseorang hidup dalam dosa, ketidakbermoralan dan bukan dalam tuntunan Roh, maka di saat itu Ia sedang mendukakan Roh Kudus atau memadamkan Roh.

1 komentar:

  1. Bedanya adalah keadaan anak2 di panti asuhan krn nasib , kebinasaan manusia krn kebiadaban tuhan krn mereka sudah ditetapkan binasa . Dungu

    BalasHapus