ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Senin, 11 Oktober 2010

ABBA 3


1.       Tanya:
Mengapa dalam Kej. 46:34 disebutkan segala gembala kambing domba adalah suatu kekejian bagi orang Mesir?

Jawab:
Ketidaksukaan orang Mesir terhadap ternak berasal dari fakta bahwa negara Mesir ialah negara agrikultur (pertanian) sehingga ternak ialah ancaman bagi pertanian mereka. Lebih lagi, ternak biasanya diasosiasikan dengan kekasaran dan kebiadaban. Dan seringkali orang Mesir mewujudkan kebencian ini dengan membuat monumen yang menggambarkan ternak sebagai binatang yang lemah, menyimpang, dan kadang sebagai perwujudan setan.




2.       Tanya:
Sejak kapan bangsa Israel disebut bangsa Ibrani? Mengapa?

Jawab:
Sebenarnya sebutan “Ibrani” lebih dulu ada sebelum sebutan “Israel.” Sebutan Israel baru ada dalam Kejadian 32:28, ketika Yakub bergumul dengan Tuhan di sungai Yabok, dan merujuk pada pribadi Yakub. Sementara sebutan Israel sebagai suatu bangsa secara tersirat muncul pertama kali di ayat 32 dari pasal yang sama. Sedangkan sebutan Ibrani muncul lebih dulu, yakni dalam Kejadian 14:13. Sebutan Ibrani sendiri berasal dari nama “Eber, anak Sem” dalam Kejadian 10:21. Sehingga Ibrani berarti “orang-orang Keturunan Eber (anak Sem).” Nantinya, orang-orang Ibrani tertentu akan disebut bangsa Israel karena mereka lahir dari garis keturunan Yakub atau Israel.


3.       Tanya:
Dalam Keluaran 3:10, Allah menghendaki bangsa Israel keluar dari Mesir. Tetapi dalam Keluaran 7:3 dan 9:12, Allah mengeraskan hati Firaun. Bagaimana penjelasan kedua ayat yang terlihat paradoks ini?

Jawab:
Tujuan Allah memang mengeluarkan bangsa Israel dari Mesir, namun Allah juga memiliki tujuan-tujuan yang lain. Misalnya, supaya orang Mesir mengetahui bahwa Dialah Tuhan (7:5), untuk memperlihatkan kuasa Allah dan supaya nama Allah dimashyurkan (9:16), serta untuk menunjukkan bahwa dewa-dewa orang Mesir (Kel. 12:12; Bil. 33:4) bukanlah allah dan mereka layak untuk dihukum karena ketidakberdayaan mereka. Jadi, dengan mengeraskan hati Firaun, Allah sebenarnya sedang menggenapi tujuan-tujuan tersebut.


4.       Tanya:
Di Kejadian 3 diceritakan tentang manusia yang jatuh dalam dosa. Di situ diceritakan bahwa ular bericara kepada manusia. Yang mau ditanyakan, apakah jaman dahulu binatang dapat berbicara dengan manusia? Jika ya, sejak kapan tidak dapat berbicara lagi? Jika tidak, bagaimana ular bisa berbicara dengan manusia? Kenapa ular yang dihukum dan bukan iblisnya?

Jawab:
Bila dilihat dari Kej. 3:14, sepertinya sejak dulu, ular memang tidak bisa berbicara. Sebab kutukan tersebut tidak menyinggung soal penghilangan kemampuan ular berbicara, sehingga berarti ular memang dari semula tidak bisa berbicara. Kemungkinan, komunikasi antara ular dan perempuan terjadi dalam bentuk gerakan yang bisa dipahami perempuan. Kalau Alkitab menggambarkan ‘ular yang berbicara’, hal itu merupakan salah satu cara penulis Alkitab untuk memudahkan pembaca memahami apa yang terjadi dengan cara yang efektif.
Sedang mengenai kutukan Allah, ular memang juga terkena dampak kutukan tersebut sebab ia menjadi alat iblis untuk menjatuhkan manusia. Namun penting diingat bahwa kutukan terbesar tetap dijatuhkan Allah pada iblis, yakni bahwa ia kelak akan mengalami kehancuran besar oleh keturunan perempuan (lihat Kej. 3:15, yang merujuk pada nubuatan Mesianik tentang kemenangan Kristus di atas Salib).


5.       Tanya:
Dalam Kejadian 6 ada istilah anak-anak Allah dan raksasa-raksasa. Apakah yang dimaksud dengan kedua hal itu?

Jawab:
Para sarjana memiliki beragam pandangan mengenai siapakah anak-anak Allah dalam Kejadian 6. Mayoritas sarjana Injili meyakini bahwa anak-anak Allah tersebut ialah keturunan Set, yang mewakili keturunan orang-orang benar, dan anak-anak perempuan manusia ialah keturunan Kain, yang mewakili keturunan orang-orang berdosa. Namun, saya sendiri meyakini bahwa anak-anak Allah tersebut ialah malaikat yang jatuh dan anak-anak perempuan manusia memang benar-benar anak perempuan manusia. Malaikat di sorga memang tidak bisa kawin dan mengawinkan (Mat. 22:30// Mrk. 12:25; Luk. 20:35-36), tetapi harus diingat bahwa konteks pembicaraan di sini bukanlah malaikat di sorga, melainkan malaikat yang jatuh. Ada banyak rujukan Alkitab yang mendukung pandangan ini, namun dibutuhkan banyak tempat untuk penjelasan ini, yang tentu saja tidak mungkin ditulis di sini. Nantinya, perkawinan malaikat yang jatuh dan anak-anak manusia ini akan menghasilkan keturunan-keturunan raksasa yang juga disebut dalam Kejadian 6.


6.       Tanya:
Dalam Kejadian 6 disebutkan bahwa umur manusia hanya akan 120 tahun saja. tapi dalam bagian-bagian selanjutnya masih banyak dicatat usia manusia lebih dari 120 tahun, tampak seolah-olah ada ketidakkonsistenan. Bagaimana penjelasan tentang ini?

Jawab:
Pemendekan usia manusia ini tidak harus dipahami sebagai sebuah peristiwa yang segera terjadi. Yang ditekankan ialah keniscayaannya (kepastiannya). Sehingga prosesnya bisa terjadi segera atau juga perlahan-lahan. Kenyataannya memang setelah zaman Nuh, perlahan rata-rata usia manusia mulai menurun. Sem, anak Nuh, berumur 600 tahun (Kej. 11:10-11), padahal Nuh sendiri mati di usia 950 tahun (Kej. 9:29). Bahkan Arpakhsad, cucu Nuh, anak Sem, mati di usia 400 tahunan (Kej. 11:12-13). Usia ini terus menurun hingga sampai pada zaman Musa yang mati pada usia 120 tahun.


7.       Tanya:
Ketika keluarga Yakub pindah ke Mesir, angkatan pertama adalah anak-anak Yakub. Jumlah orang yang pindah ke Mesir tercatat tujuh puluh orang dan berada di Mesir selama 430 tahun (Kel. 12:40). Berdasarkan Keluaran 6, Musa dan Harun merupakan angkatan ke-4 dari keturunan Lewi. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah bangsa Israel ketika keluar dari tanah berjumlah 600 ribuan orang walaupun di Keluaran 1 dikatakan bahwa bangsa Israel berlipat ganda dan beranak-cucu, kelihatan tidak masuk akal. Adakah penjelasan logis? Lalu mengenai lamanya 430 tahun juga tidak masuk akal, selama 4 angkatan (walaupun umur-umur 100-an lebih), adakah penjelasan lebih logis?

Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu dicatat. Pertama, seorang sarjana bernama Walter Kaiser, berpendapat bahwa pencatatan silsilah tersebut tidak memuat semua nama yang ada, melainkan terdapat seleksi nama-nama tertentu yang dianggap penting. Penyeleksian ini tidak perlu dikuatirkan, sebab hal tersebut merupakan hal yang lumrah dalam budaya waktu itu. Sehingga konsekuensinya, Musa belum tentu benar-benar keturunan yang keempat; bisa jadi ia keturunan yang keenam, ketujuh, kedelapan, atau selanjutnya. Kedua, budaya waktu itu selalu mengaitkan keturunan yang banyak dengan berkat Tuhan. Keturunan yang banyak, terutama laki-laki, akan sangat berguna bagi kelangsungan klan atau keluarga, entah untuk membantu usaha keluarga atau untuk berperang. Maka tak heran orang-orang waktu itu cenderung berusaha memiliki banyak keturunan, terutama anak laki-laki. Berdasarkan kedua hal ini, tentu bukan hal yang mustahil bila bangsa Israel, setelah 430 tahun, berkembang menjadi sampai dengan 600 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar