ABBA = Ayo Bersama Baca Alkitab

Desiring the Truth! Loving the Truth! Living for the Truth!
Soli Deo Gloria

Senin, 11 Oktober 2010

ABBA 4


1.       Tanya:
Dalam Kel. 4:24-26 dikatakan Tuhan akan membunuh Musa. Adakah penjelasan tentang ini? Apa yang dimaksud “pengantin darah”?

Jawab:
Tuhan berikhtiar membunuh Musa karena Musa melalaikan sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya. Musa tidak menyunat anaknya sehingga itu berarti ia meremehkan perjanjian Allah, dan bagi Allah hal tersebut merupakan hal yang serius (bandingkan misalnya Kej. 17:14). Sedangkan istilah “pengantin darah,” tidak sedang menyampaikan sebuah makna tertentu pada pembaca Alkitab. Kata tersebut merupakan rekasi spontan dari Zipora yang terkait dengan upaya agar Tuhan tidak membunuh Musa dan memberinya pengampunan karena kelalaiannya tersebut.


2.       Tanya:
Adakah bukti-bukti arkeologi mengenai kelaparan, tulah-tulah yang ada di Mesir, mengingat itu merupakan hal yang luar biasa?

Jawab:
Ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa eksistensi tulah maupun kelaparan yang terjadi dalam Keluaran memang benar-benar persitiwa sejarah. Misalnya, Pada permulaan abad ke-19, sebuah papyrus kuno ditemukan di Mesir dan selanjutnya papyrus tersebut dibawa ke Leiden, Belanda. Pada tahun 1909 papirus tersebut diinterpretasikan oleh A.H. Gardiner dan terkenal dengan nama Papyrus Ipuwer. Hasilnya adalah sebagai berikut (diikuti dengan parallel dari kitab Keluaran):
a.       Papirus  2:10 F sungai menjadi darah (bdg. Kel. 7:20)
b.      Papirus 4:14, 6:1 F pohon-pohon hancur, tidak ada buah ataupun tumbuh-tumbuhan yang diketemukan (bdg. Kel. 9:25)
c.       Papirus 2:10 F pintu-pintu gerbang, tiang-tiang dan dinding-dinding terbakar oleh api (bdg. Kel. 9:23-24)
d.      Papirus 9:11 F  tanah Mesir tidak lagi terang…..(bdg. Kel. 10:22)
e.      Papirus 4:3, 5:6, 6:12 F sesungguhnya anak-anak raja berlarian ke arah dinding kota dan mereka terhalau di jalanan (bdg. Kel. 12:29)


3.       Tanya:
Dalam Kel. 2: 16, 21 ayah Zipora adalah Rehuel, imam di Midian. Tetapi dalam Kel. 3:1 dan ayat-ayat selanjutnya dikayakan mertua Musa (ayah Zipora) ialah Yitro, imam di Midian?

Jawab:
Perbedaan ini bukan hal yang perlu dirisaukan. Kedua nama ini merujuk pada pribadi yang sama, sebab pada waktu itu memang cukup wajar bila ada seseorang yang memiliki dua nama yang berbeda. Misalnya, Yakub yang juga disebut Israel atau Benyamin yang juga disebut Ben-Oni (Kej. 35:15). Pada zaman Perjanjian Baru pun kita masih menemui gejala ini, misalnya pada Petrus yang juga bernama Kefas, Tomas yang juga disebut Didimus, dan Saulus yang juga bernama Paulus.


4.       Tanya:
Tuhan mengeraskan hati Firaun, sehingga Firaun menolak perkataan Tuhan. Pertanyaan ini berhubungan dengan predestinasi. Bila Tuhan menetapkan seseorang pada akhirnya akan menolak atau percaya kepada-Nya, bagaimana mungkin Ia menuntut pertanggungjawaban orang tersebut sehingga Ia masuk neraka??

Jawab:
Tuhan menghukum seseorang bukan semata-mata karena penolakannya, melainkan karena unsur dasarnya, yakni dosa. Penolakan terhadap Tuhan adalah akibat karena sifat (natur) manusia yang berdosa tersebut. Bahkan, dosa juga membuat manusia bukan hanya menolak Tuhan namun juga memberontak kepada-Nya. Dosa membuat mereka tidak pernah bisa ingin mengenal Allah yang benar; mereka hanya akan mencari Allah yang memuaskan nafsu mereka. Akibat dari sifat manusia yang berdosa ini maka semua manusia seharusnya menemui kebinasaan, karena mereka hanya bisa menolak dan memberontak kepada Allah. Hanya oleh anugerah Tuhan saja maka manusia bisa melakukan sesuatu yang benar di hadapan-Nya, termasuk menerima Dia. Jadi seseorang binasa bukan karena perbuatannya tapi karena ia memang orang berdosa yang harus binasa. Perbuatan yang menolak dan memberontak kepada Tuhan ialah akibat dari keberdosaan tersebut.
Dalam kasus Firaun, penolakannya sebenarnya disebabkan karena memang ia orang yang berdosa, yang pasti menolak Allah yang benar. Pembahasaan “Allah mengeraskan hati” sebenarnya adalah sikap Allah yang tidak memberikan anugerah kepada Firaun untuk menerima Dia. Dan penting dicatat, Allah sama sekali “tidak wajib” untuk memberikan anugerah kepada Firaun, sebab bila Allah “wajib” itu berarti yang diberikannya bukan “anugerah” (ingat anugerah ialah pemberian yang berdasar kerelaan hati pemberi), dan itu juga berarti Ia tidak Mahakuasa sebab Ia tidak benar-benar bebas melainkan tergantung pada ciptaan-Nya.


5.       Tanya:
Keluaran 4:24, Tuhan berikhtiar membunuh Musa. Apakah ada alasan lain selain anak Musa belum disunat? Mengapa sampai saat itu Musa belum menyunat anaknya (peraturan Taurat anak umur 8 hari harus disunat)?

Jawab:
Seperti sudah dijelaskan, Tuhan berikhtiar membunuh Musa karena Musa lalai menyunat anak-Nya, dan bagi Tuhan itu adalah hal yang serius sebab itu berarti Musa meremehkan perjanjian Allah. Tentang mengapa anak Musa belum disunat, kemungkinan karena Zipora, istri Musa yang menolak, sebab Zipora bukanlah orang Israel yang terbiasa dengan ritual sunat. Dia adalah orang Midian yang tidak familiar dengan ritual sunat yang biasa dilakukan orang Israel, sehingga tidak heran dia menolak kebiasaan ini. Para ahli Perjanjian Lama mengatakan Zipora nantinya baru menyadari pentingnya sunat ketika Tuhan hampir saja membunuh suaminya. Namun, dia tetap harus menanggung konsekuensi penolakan ini karena untuk beberapa lama dia harus berpisah dengan Musa (kemungkinan besar supaya tidak mengganggu Musa melaksanakan tugasnya), sampai nantinya dalam Keluaran 18 (ayat 2), ia baru bisa bertemu kembali dengan


6.       Tanya:
Dalam Kel. 28:30, bentuk apakah urim dan tumim. Apakah seperti orang ciamxi?

Jawab:
Urim dan Tumim ialah dua batu suci yang ditaruh di pakaian imam untuk menanyakan keputusan Tuhan. Praktek penggunaannya mungkin terlihat seperti seorang yang meramal. Namun, secara esensial, kedua praktik ini sangat berbeda. Pertama, karena yang ditanya jelas berbeda. Tujuan penggunaan Urim dan Tumim ialah menanyakan keputusan Tuhan. Sementara, meramal berarti menggunakan kuasa kegelapan untuk bertanya pada kuasa-kuasa kegelapan. Kedua, yang menggunakan atau penggunanya juga berbeda. Yang berhak menggunakan Urim dan Tumim bukanlah sembarang orang, hanya para imam saja. Sedangkan meramal dilakukan oleh orang-orang yang memiliki “kelebihan” tertentu, yang pada dasarnya merupakan efek dari adanya ikatan dengan kuasa kegelapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar